You’re Awake

Dokter segera datang untuk memeriksa sekaligus melihat kondisi Helmi saat itu. Gita menggigit ibu jarinya menyaksikan punggung pria berjas putih itu dari belakang. Tentu saja wanita ini gugup ketika dokter hendak memberitahu mengenai kondisi adiknya itu. Brian yang berada tepat di sebelahnya hanya bisa merangkul dan mengelus perlahan bahu wanita itu supaya ia merasa tenang.

“Gimana, dok? Helmi gapapa kan?” tanya Gita dengan suara bergetar.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh perempuan di belakangnya, sang dokter segera membalikkan tubuhnya dan melepaskan stetoskop yang terpasang di telinganya.

“Untuk TTV dari saudara Helmi ini hampir semuanya normal, hanya tekanan darahnya yang menurun. Kemungkinan ia pingsan karena saat kecelakaan Helmi kehilangan hormon yang disebut adrenalin dan endorphine. Saudara Helmi juga perlu dilakukan pemeriksaan lab untuk melihat kadar gula darahnya karena pasca kecelakaan tak jarang orang bisa kekurangan kadar gula darah sehingga detak jantungnya juga turun disertai respons rasa bingung. Nanti juga kami akan melakukan pengambilan CT Scan kepala untuk melihat apakah ada cedera pada kepalanya atau tidak.”

“Untuk saat ini, Helmi hanya perlu banyak istirahat. Saudari Gita tidak perlu terlalu khawatir mengenai adiknya. InsyaAllah kami akan melakukan yang terbaik.” Setelah menyelesaikan kalimatnya, terlihat senyum ramah sang dokter untuk memberikan rasa tenang kepada Gita. Kemudian ia dan beberapa perawat yang sedari tadi menemaninya segera keluar dari ruangan tersebut.

Brian menundukkan kepalanya untuk melihat wajah gadis mungil di sampingnya.

“Git? Gita!” Brian mengguncangkan pelan tubuh perempuan itu. “Jangan bengong, Helmi gapapa kok. Tenang aja, ya?”

“Oh? Iya iya…” Gita mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah pria di sampingnya.

Merasa dirinya diperhatikan oleh gadis kesukaannya, Brian segera menoleh ke arah gadis itu. “Kenapa?”

“Ada charger hp ga? Mau ngabarin ortu.”

Brian merogoh tas kecil miliknya dan mengeluarkan sebuah benda berbentuk kotak kecil yang tersambung kabel berwarna putih. “Nih, gue bawa powerbank. Pake aja.”

Tidak lama setelah itu, terdengar getaran dari gawai canggih milik Brian. Terpampang nama Rangga jelas di layarnya. Seusai menjawab panggilan dari temannya itu, Brian segera pamit kepada Gita karena ia harus latihan untuk acara kampus.