We Meet Again
diplay ya lagunya sambi baca hehe.
Dimas melangkah menuju ke arah Starbucks sambil menggandeng tangan Kayla. Setelah berjalan cukup jauh, anak kecil berambut hitam kecoklatan itu mengeluh kelelahan. Dimas dengan spontan menggendong Kayla.
Kayla menoleh ke arah Dimas sembari menarik jaket denim lelaki itu lembut. “Om.. om..”
“Iya, sayang?”
“Om kenal Papa Ian?”
“Kenal dong, dulu dia temen om. Kita pernah ngeband bareng, loh.”
“Wah, keren banget. Tapi kok Kayla ga pernah liat Om, ya?”
“Om pindah ke Australia sebelum Kayla lahir, jadinya kita ga pernah main bareng deh.” Langkah Dimas terhenti ketika netranya menangkap sosok lelaki yang sedang duduk santai sembari menyesap kopi di tangannya.
“Hoy!” sapa Dimas kepada Brian.
Brian menurunkan gelas kopi yang ia genggam barusan, lalu lelaki itu menoleh ke arah sumber suara. “Widihh... tambah ganteng aja lu. BTW thanks ya udah mau anterin anak gue.”
“Santai aja. Mana istri lu, Bri?” tanya Dimas sambil menurunkan Kayla dari gendongannya.
Brian menengok ke arah belakang, mencari-cari sosok kehadiran istrinya. “Nah, tuh, dia akhirnya dateng.”
Pandangan Dimas langsung menuju arah pandangan Brian, ketika ia melihat sosok gadis yang berjalan menuju ke tempat Dimas berdiri, seketika dunia terasa seperti berhenti berputar. Badannya mematung. Tatapannya menggambarkan kerinduan mendalam yang tidak bisa digambarkan oleh apapun.
“Eh? Halo, Dim,” sapa Gita. “Mama....” Kayla langsung berlari ke arah wanita yang baru saja menghentikan langkahnya.
“Aduduh anak mama cantik manja banget.” Gita segera mengangkat Kayla dan melingkarkan tangannya di pinggul anak kecil tersebut.
“Git...” Dengan suara lembut, Dimas menyapa wanita yang tidak pernah luput dari ingatannya. “Udah lama ya ga ketemu.” Matanya berkaca-kaca memandangi keindahan insan yang berdiri tepat di depannya. Dimas memandangi dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Cantik, Git. Lu akan selalu cantik di mata gue,” batin Dimas
“Sendirian aja, nih? Citra kemana?” tanya Gita sembari melemparkan senyum hangatnya kepada Dimas.
“Oh, dia masih ada urusan di Melbourne, makanya ga ikut.” Dimas menatap Brian. “Yaelah bilang, kek, kalo istri lu itu Gita.”
Brian terkekeh pelan, “Ya... biar kejutan aja.”
“Good afternoon. Boarding for ABC Airlines flight number 86K74 to Toronto will commence immediately. Would all passengers please to proceed to gate C2 and have your boarding pass and ID ready. Thank you.”
Mendengar pengumuman tersebut, Brian dan Gita bergegas mengambil kopernya. “Dim, gue duluan ya. It's nice to see you again.” Brian menepuk pundak Dimas sembari melangkahkan kakinya.
“Bilang dadah dulu ke Om Dimas.” Gita mengangkat tangan kanan Kayla dan melambaikannya ke arah Dimas.
“Dadah, Om. Kapan-kapan kita main, ya?”
Dimas tersenyum ke arah Gita dan Kayla. Kemudian ia melambaikan tangannya. “Dadah. Iya, nanti Om mampir ke rumah kalian, ya?”
Dimas memerhatikan punggung Gita dari belakang hingga tidak dapat terlihat lagi.
Senang melihat gadis yang namanya selalu lekat di relung hati dirinya, bahagia meski bersama yang lain. Anggita Prameswari hadir hanya untuk dikagumi bukan untuk dimiliki lelaki bernama Dimas Prayoga.
“Maaf pernah memberimu harap yang terlalu tinggi. Meski pada kenyataannya aku yang terjatuh untukmu dan memilih pergi. Melupakanmu merupakan hal tersulit bagiku. Selalu ku coba, namun aku tak mampu membuang semua kisah yang telah berlalu bersamamu. Selamat berbahagia, Anggita Prameswari dan Brian Aldorio.”
fin