ujian

“Sebelum ujian, mari kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai. Selesai,” ucap Edo saat hendak mengerjakan ujian.

Seluruh peserta ujian fokus dengan soalnya masing-masing. Tangan mereka terlihat bergerak-gerak mengarsir lembar jawaban. Berbagai macam ekspresi wajah ditemukan di sana. Ada yang mengerutkan dahi karena kebingungan, ada yang fokus menunduk ke arah soal, bahkan ada yang sedang melihat sekeliling untuk mencari kesempatan mencontek.

Saat Carla sedang berusaha menjawab soal tiap soal. Tiba-tiba ia mendengar ada bisikan memanggil dirinya. Ya, itu adalah suara Carly. Gadis itu terlihat gelisah karena tidak tahu menjawab apa, sementara waktu ujian akan berakhir. Dikarenakan Carla tidak jua menoleh untuk memberikan jawaban, Carly mencoba melempar penghapus ke arah kembarannya itu.

“Siapa itu yang melempar penghapus?” Pengawas ujian melihat perbuatan Carly barusan. Guru itu melangkah mendekati Carly.

“Ngapain kamu barusan? Nyari contekan?” Tangan pengawas tersebut mencoba membuka tangan Carly yang sedang menutupi lembar jawabannya.

“Hah? Kamu baru jawab segini? Kamu tau, kan, 5 menit lagi ujian berakhir. Kalo kaya gini kamu ga akan selesai. Oh—makanya kamu cari-cari jawaban, ya?”

Carly hanya bisa menunduk malu. Dirinya tidak berani melihat sekeliling karena seluruh mata menuju ke dirinya. Ia tidak bisa mengatasnamakan Carla sebagai pelaku dalam kejahatan yang ia perbuat karena di atas tiap meja tertera nama peserta ujian yang menempati tempat tersebut.

Pengawas ruangan mereka tetap berdiri di samping Carly untuk memastikan gadis itu tidak bertindak curang lagi.

Bunyi bel tanda ujian berakhir berdering. Semua peserta ujian mengumpulkan jawaban dan soal ke depan.

Seperti biasanya, usai ujian beberapa murid ada yang membahas soal, tapi ada juga yang langsung pulang untuk melupakannya. Carly yang sedang menahan malu setengah mati, segera beranjak pulang. Ia tidak menghiraukan sapaan teman-temannya lagi. Yang ia inginkan kali ini hanyalah berteriak dan memejamkan mata untuk menenangkan diri.