time to play
Pukul 5 sore, seluruh kegiatan ekstrakurikuler di sekolah telah usai. Masih ada beberapa murid yang berada di sekolah, biasanya mereka masih mengerjakan tugas, mengobrol dengan teman-teman, atau bahkan ada yang sekedar membuang waktu. Di lapangan belakang, terlihat beberapa anak laki-laki yang masih bermain bola. Mereka bermain secara asal hanya untuk hiburan semata. Carly, yang sedari tadi duduk di pinggir lapangan, menghampiri Dipta yang telah berganti pakaian.
“Nih, minum dulu. Pasti tadi cape banget, kan?” ucap Carly sambil mengulurkan tangan yang memegang sebotol minuman ke arah Dipta.
Dipta segera mengambil botol tersebut dan meminum isinya. “Makasih, ya. Maaf, tadi lama.”
“Gapapa, kok. Lagian gue kan—aaakhhh...” Tiba-tiba bola melayang ke arah wajah Carly, gadis itu refleks berteriak dan menutup mukanya.
DUK
Dengan wajah ketakutan, Carly mencoba membuka kedua netranya. Ia menangkap sosok pria sedang menangkis bola dengan menggunakan tangannya dan membawa bola tersebut ke tengah lapangan.
“Siapa dia? Apakah dia malaikat? ganteng banget...dan baik, udah mau ngelindungin gue,” batin Carly.
“Carl? Carly!”
Carly mengerjap terkejut. Dipta yang sedari tadi mengayunkan tangannya di depan kedua bola mata gadis itu, terlihat khawatir. “Lu gapapa, kan?”
“Iya, gue gapapa, kok“
“Yuk, pulang.”
“Lu duluan jalan ke parkiran, ya? Gue mau ngambil sesuatu, gitu, ada yang ketinggalan,” sahut Carly sembari berlari masuk ke dalam gedung sekolah.
“Oh...oke.” Dipta mengangkat sebelah alisnya, heran akan tingkah Carly barusan. Kemudian ia berjalan ke arah parkiran kendaraan.
Usai mengganti pakaiannya, Gerald keluar dari ruang ganti dan berjalan ke arah ruang kelasnya. Dari sana, ia melihat Carla baru saja keluar dari kelas. Gadis itu tampak sedang kesusahan membawa buku yang bisa dibilang cukup banyak. Tubuh Carla terlihat huyung ke kanan dan ke kiri. Keseimbangannya mulai kacau hingga buku-buku yang ia bawa jatuh satu per satu ke lantai. Gerald tertawa kecil melihat tingkah Carla yang ia anggap lucu. Dengan langkah kaki yang lebar, Gerald menghampiri Carla untuk menolongnya. Belum sampai ke tujuannya, tiba-tiba saja tampak seorang gadis menghadang dirinya.
“Uhm...maaf ngehalangin jalan lu, tapi ini... tolong terima, ya.” Gadis tersebut memberikan sebuah kantung plastik yang berisi makanan dan minuman.
Bukannya mengambil bungkusan tersebut, Gerald hanya mengangkat alis kanannya dan memiringkan kepalanya. Ia heran kenapa tiba-tiba dirinya diberikan hadiah padahal lelaki itu sedang tidak berulang tahun.
“Eh? Bukan maksud apa-apa. Ini sebagai ucapan terima kasih tadi udah mau nolong gue di lapangan.”
Gerald mencoba mengingat-ingat kejadian beberapa menit lalu setelah kegiatan ekskul usai. “Oh! Oke, thanks“
Saat gadis itu hendak melangkah pergi, ia berbalik badan sejenak ke arah Gerald. “Oh, iya. Nama gue Carly. Lu bisa hubungin gue kalo butuh sesuatu, ya. Nomor gue ada di dalem plastik itu.” Setelah mengucapkan hal tersebut, Carly berlari ke arah parkiran kendaraan.
Setelah gadis itu pergi, Gerald ingin melanjutkan niatnya. Namun, sayang sekali, Carla sudah menghilang dari pandangannya. “Sial, baru juga mau ngedeketin.”
Lelaki itu terlihat sedikit frustrasi. Kemudian, netranya menatap ke dalam kantung plastik digenggamannya. Tangannya bergerilya masuk ke dalam plastik sampai menemukan secarik kertas berisikan nomor ponsel. Gerald berpikir sejenak dan teringat perkataan Lino di chat. Lelaki itu menyeringai. “Oke, saatnya bermain.”