Confession

Setelah mendapatkan lokasi dari Vivian, Jamal segera memanaskan motornya. Saking terburu-burunya, ia bahkan hanya mengenakan kaus putih dan celana pendek rumahan.

Sesampainya di titik lokasi, Jamal berusaha mencari tempat parkir yang kosong. Baru saja ia memarkirkan motornya, tiba-tiba matanya menangkap sepasang insan yang familiar baginya. Grace dan Reza terlihat sedang memasuki mobil dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

“Ah sialan mau kemana lagi dia,” gumam Jamal sembari menaiki motor antik miliknya.

Jamal mengikuti kemana arah mobil itu melaju. Lelaki ini menambah kecepatan sepeda motornya supaya bisa menghadang mobil milik Reza.

Reza merasa ada seseorang yang mengikutinya, ia segera melihat kaca spion, “haha Jamal. Kena lu.”

Reza mengarahkan mobilnya ke arah jalan buntu yang terlihat agak kumuh. Grace tampak kebingungan melihat tempat yang asing baginya, tetapi ia tidak berani protes.

Mobil sedan milik Reza berhenti tepat di ujung jalan buntu tersebut. Jamal yang mengikutinya pun turun dari motor dan berusaha berjalan menuju mobil tersebut.

Belum sampai ke mobil, tiba-tiba muncul sekumpulan pria melontarkan tinju ke arah Jamal. Reza tertawa dari dalam mobil melihat pria yang merusak momennya dengan wanita incarannya terkapar tak berdaya. Grace terkejut melihat Jamal babak belur di hadapannya. Gadis ini berusaha untuk membuka pintu tetapi Reza menahannya. Grace menggigit lengan Reza kuat-kuat sampai akhirnya ia bisa melarikan diri dari pria menakutkan itu.

Grace berlari ke arah Jamal, “Udah udahhh… tolong berhenti….,” teriak Grace sembari mengangkat kepala Jamal dan memeluknya. Ia berusaha melindungi pria itu dari hantaman pukulan teman-teman Reza.

“Woy! Bubar bubar. Ga seru lagi pertunjukannya,” teriak Reza dari dalam mobil. Seketika sekumpilan pria asing tadi menuruti perkataan Reza dan pergi dari hadapan Grace dan Jamal.

“Mal…. Lu ngapain ngikutin gue?” isak Grace sembari menyingkirkan rambut Jamal yang menutupi mukanya.

“Gue ga mau lu kenapa-kenapa, Grace. Gimana pun gue bakal ngelindungin lu dari cowo-cowo brengsek modelan Reza.”

Mendengar ucapan Jamal barusan, Grace tersentuh dan merasa bersalah atas tindakannya terhadap Jamal akhir-akhir ini.

“Tapi liat muka lu jadi babak belur gini,” ucap Grace seraya mengusap luka di wajah Jamal. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi merahnya.

“Haha lu jangan nangis ya? Gue gapapa kok.”

Jamal berusaha bangun dari dekapan Grace. Ia meringis kesakitan ketika menyentuh ujung bibirnya.

“Grace.”

“Hmm?”

Jamal mulai mendekatkan dirinya ke arah gadis berbaju krem di depannya. Tangannya meraih tangan gadis itu lalu digenggamnya jari-jari lentik itu.

Wajah Grace memerah, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia membiarkan tangannya digenggam oleh pria kesukaannya itu.

“Gue suka sama lu. Dari awal gue ngeliat lu, gue jatuh hati sama lu. Maaf kalo gue terlalu lama ngungkapin ini soalnya ini pertama kalinya gue jatuh cinta pada pandangan pertama. Jadi… lu mau jadi pacar gue ga?”