Rumah Sakit

Sesampainya di rumah sakit, Gita dan Brian segera menuju kamar tempat di mana Helmi dirawat.

Ketika memasuki ruangan tersebut, tampak seorang anak laki-laki sepantaran Helmi sedang duduk di samping ranjang. Ia menoleh ke arah Gita dan Brian saat keduanya mendekat ke arahnya.

“Kak Gita? Sini duduk dulu,” Niko segera beranjak dari tempat duduknya.

“Oh iya makasih. Ngomong-ngomong Helmi kenapa bisa kaya gini, dah?”

Tak langsung menjawab, Niko bertukar pandangan dengan Brian sebagai isyarat untuk meminta izin untuk menceritakannya. Brian hanyak membalas tatapannya dan memberikan anggukan kecil.

“Jadi gini, kak. Helmi tadi chat katanya dia bosen di rumah sendirian. Terus gue ajak main ps, dia bilang bosen juga. Gue ajak ngejamming katanya males. Yaudah gue iseng-iseng aja ajak dia balapan. Nah si Helmi langsung ngeiyain tuh. Terus pas lagi balapan, musuhnya Helmi curang. Dia nendang motornya Helmi pas lagi belokan. Yaudah Helminya langsung jatoh dan ga sadarkan diri sampe sekarang.” Niko menelan ludahnya karena ia takut kalau Gita marah kepadanya.

“Loh? Helmi masih balapan?”

“Sebenernya udah engga lagi. Tapi gatau kenapa kemaren dia ngeiyain ajakan gue. Sorry banget ya, kak.”

“Bukan salah lo, kok. Si Helmi aja yang imannya ga kuat.”

Niko mengernyitkan dahinya, ia tidak paham dengan perkataan Gita barusan. “Hubungannya apa ya, kak?”

“Yaa… imannya ga kuat. Buktinya dia tergoda oleh ajakan setan.”