Picnic

Sesampainya di taman, Gita berlari kecil kegirangan menyadari bahwa hari ini adalah hari yang akan menjadi hari bersejarah seumur hidupnya.

Embun di atas dedaunan, udara sejuk di pagi hari, pemandangan indah taman di tepi danau, piknik bersama pria kesukaannya. Paket komplit kebahagiaan Gita hari itu.

“Kita duduk di sini aja, ya?” tanya Dimas seraya membentangkan tikar lipat di atas rerumputan. Gita hanya mengangguk kecil sembari menaruh seluruh makanan dan perlengkapan lainnya di atas tikar.

“Git, liat sini deh.” Gita baru saja menolehkan kepalanya tiba-tiba saja muncul cahaya dari kamera pocket milik Dimas.

“Eh? Gue belom pose tau! Coba liat, pasti jelek banget.”

“Hahaha mana ada lu jelek, Git. Cantik, kok. Nih, liat aja kalo ga percaya.” Dimas mengulurkan tangannya yang menggenggam kamera pocket ke arah Gita. Gita yang melihat hasil jepretan Dimas tanpa sadar mengulaskan senyum manis di wajahnya.

“Hehehe iya bagus deh. Banget. Lo pernah belajar fotografi, ya?”

“Ga, sih. Cuma hobi foto-fotoin hal yang gue suka aja,” ungkap Dimas seraya membidikkan lensanya ke arah bunga clematis yang sedang bermekaran. Kemudian ia mengambil beberapa bunga berguguran yang masih terlihat bagus.

“Kok dipungutin, sih? Buat apa?”

“Masih cantik kok bunganya. Mau gue taro di scrapbook.”

“Lu punya scrapbook? Keren bangettt. Mau liat, dong.”

“Ga boleh.”

“Ih kok gitu?” tanya Gita memelas.

“Tunggu waktunya, ya.”

“Mmh. Okay. Sini duduk, Dim. Diri mulu lu daritadi kaya tamu.”

“Iya iya.”