Pertandingan

Semua pemain sudah berkumpul di dalam lapangan. Jamal mencari-cari sosok gadisnya yang sudah berencana membawa banner milik Mas Jamal si penjual pecel. Terlihat Grace duduk di barisan paling depan bersama Vivi. Saat gadis itu mulai membuka lipatan banner yang ia bawa-bawa, Jamal menelan ludahnya khawatir. Lelaki itu berharap Grace tidak serius dengan ucapannya semalam. Dibantu oleh beberapa orang, Grace membentangkan bannernya.

“Jamal! Semangat, ya!” teriak Grace memecah keheningan.

Jamal yang mendengar teriakan dari sang kekasih hanya bisa terkekeh. Pasalnya mereka baru saja selesai berdoa sehingga lapangan sunyi. Melihat pacarnya berapi-api di barisan supporter sambil memegang banner bertuliskan 'GO GO WHITE TIGER!', Jamal tertunduk. Ia tidak bisa menahan senyumannya yang sedang mengembang di wajahnya. 'Untungnya bukan banner tukang pecel,' batin Jamal.

Willy yang berdiri bersebelahan dengan Jamal, mengalihkan pandangannya ke arah Vivi yang turut membantu Grace memegangi banner. Saat kedua mata mereka bertemu, Vivi memberikan isyarat dengen bibirnya. Bibirnya bergerak membentuk suatu kata. 'SE.MA.NGAT.' Tangan gadis itu mengepal dan diangkat setinggi telinga, mencoba memberi semangat melalui gestur tangannya. Willy tersenyum melihat hal tersebut, kemudian ia memalingkan pandangannya supaya tidak terlihat oleh Vivi.

PRIIT

Wasit sudah meniupkan peluit menandakan permainan dimulai. Kuarter pertama, regu lawan berhasil memimpin skor. Terdapat pergantian pemain dari regu White Tiger, kini Jamal turun langsung ke lapangan. Matanya sudah berapi-api ketika melihat benda yang berbentuk lingkaran itu.

Jamal fokus melihat sekeliling depan sembari melakukan dribble. Lelaki itu menggiring bola sampai berada di wilayah lawan. Kemudian Jamal memasukkan bola ke dalam ring dari dalam three-point line atau juga disebut garis penalti. Ia mencetak dua poin. Keadaan berbalik, kini White Tiger lebih unggul lima poin daripada Wild Rabbit.

Memasuki kuarter ketiga, tim Wild Rabbit mulai merasa kewalahan. Banyak dari mereka mulai melakukan pelanggaran. Saat Ian sedang menggiring bola, tiba-tiba saja lawan mendorongnya hingga terjatuh. Kakinya terkilir, kini Ian tidak bisa melanjutkan permainannya lagi.

Willy menggantikan Ian pada kuarter keempat. Saat lelaki ini memasuki lapangan, jarang sekali tim lawan mendapatkan kesempatan untuk memegang bola. Willy mendribble bola ke depan, terdapat lawan yang mengejar dirinya. Lawan tersebut menjaga Willy agar lelaki itu tidak bisa berlari kemana-mana lagi. Willy melakukan dribble ke arah samping dengan posisi badan bertahan dan rendah. Kemudian ia mengoperkan bola tersebut ke arah Jamal. Jamal berhasil memasukkan bola ke dalam keranjang dengan teknik lay up shoot.

Waktu tersisa 3 menit lagi. Kedua tim sudah mulai merasa lelah. Willy yang sudah terengah-engah kembali melihat wanita yang daritadi menyemangati dirinya dari tempat duduk penonton. Ia mengingat akan reward yang akan didapatkan apabila hari ini timnya menang. Semangat Willy kembali lagi, ia berlari merebut bola, lalu memasukkannya ke dalam ring dari luar daerah setengah lingkaran.

PRITT

Waktu permainan sudah habis. Wasit meniupkan peluit dan mengumumkan pemenang.

“OLEOLEOLEOLE akhir yang manis sekali pemirsa. Pertandingan ini ditutup oleh three-point shoot dari Willy Baskara yang menandakan game ini dimenangkan oleh White Tiger,” ucap commentator semangat.

Mendengar pengumuman pemenang, jantung Vivi berdebar tak beraturan. Ia tidak bisa menahan senyumnya. Grace yang memerhatikan sahabatnya itu, langsung menyiku Vivi. “Ciee ada yang balikan nih.”

Vivi tidak menanggapi ucapan Grace barusan. Dengan tatapan berbinar, ia memerhatikan Willy yang sedang berdiri di podium sembari memegang piala. “Pacar gue keren banget sih.”