Ours

Sinar matahari mulai mengintip melalui gorden abu-abu yang menutupi jendela kamar Andini. Burung-burung di luar pun mulai bersahut-sahutan. Gadis yang memiliki netra seindah permata itu mulai mengumpulkan kesadarannya. Tangan kanan gadis itu mengusap-usap kedua mata, sementara tangan kirinya bebas meregangkan otot tubuhnya.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Andini beranjak dari tempat tidurnya. Bukannya menuju kamar mandi melainkan langkah kakinya menuju meja tempat ponselnya berada. Senyumnya merekah begitu melihat nama Ezra muncul di layar ponselnya.

Selamat pagi, princess. Gimana tidurnya? Semoga nyenyak ya! Hari ini kita pergi bareng lagi kaya dulu hehe. Jujur gue deg-degan. Rasanya kaya mimpi. Kalo bener ini mimpi, tolong jangan dibangunin ya. Gue ga mau bangun dari mimpi indah ini. See you soon, cantik

Andini dibuat salah tingkah di pagi hari oleh lelaki bernama Ezra. Kedua ujung bibirnya tidak bisa berhenti tertarik sampai ke ujung wajah. Ia menjatuhkan dirinya kembali ke kasur, kepalanya ditenggelamkan di dalam bantal yang sudah dirapikan. Sebelum membalas pesan dari Ezra, Andini mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

Sembari menunggu balasan dari Ezra, Andini segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi bersama Ezra. Gadis itu mengenakan baju terbaiknya dan berdandan semenarik mungkin. Ia ingin terlihat cantik hari ini. Setidaknya di mata Ezra.

“Nakk! Ini udah ditungguin Ezra,” teriak ibu Andini dari bawah.

Andini segera menuju lantai bawah dan menemui Ezra. Tidak bisa dipungkiri, Ezra terlihat sangat menawan. Dengan jaket denim dipadukan dengan kaus putih dan celana jeans panjang navy membuat aura Ezra semakin kuat. Keduanya saling menatap terkesima. Ezra merasa sangat bersyukur bisa mengenal sosok bernama Andini. Andai Andini tahu, Ezra tidak bisa tidur sejak semalam memikirkan hari ini. Debaran jantungnya pun tidak beraturan, semakin cepat ketika melihat paras Andini yang rupawan.

“Yuk?” ajak Ezra lembut sembari menawarkan tangannya kepada Andini.

Andini tersenyum sembari menyambar tangan Ezra tanpa ragu. “Yuk”