One Fine Day

KRINGG KRRINGG

Tepat pukul 5 pagi, suara dering jam waker Gita sudah memenuhi seluruh ruangan. Bunyi yang terdengar kencang itu membuat Gita membuka sedikit kelopak matanya. Dari balik selimut, tangan gadis itu bergerilya mencari sumber suara. Diraihnya jam beker yang terletak di atas nakas putih di samping tempat tidurnya, ia mematikan sumber suara yang menggema di liang telinganya. Masih dalam posisi setengah mengantuk, Gita mencoba melawan rasa malasnya untuk bangun dari tempat tidur. Ia segera membuka gawai miliknya. Tertera sebuah notifikasi di balik layarnya.

“Selamat pagi, Git. See you very soon, ya.” Kalimat singkat tetapi dapat mengukir senyum manis di wajah Gita. Setelah membalas pesan dari Dimas, ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Diambilnya blouse putih gading andalannya dipadukan dengan blazer berwarna beige yang membuat kesan nyaman dan rapih, serta dikenakannya celana tailored cut berwarna khaki yang menambah kesan semi formal. Kali ini Gita tidak mencatok rambutnya, ia membiarkan rambutnya bergelombang di bagian bawah supaya tidak memberikan kesan kaku pada dirinya. Tak lupa Gita menyemprotkan parfume kesukaannya yang beraroma bunga moringa. Setelah semua telah siap, gadis itu meletakkan kunciran di pergelangan tangannya untuk persiapan jika ia ingin mengikat rambutnya nanti.

Gita segera keluar dari kamarnya dan menuju dapur untuk memasak makanan yang akan ia bawa nanti. Satu per satu anak tangga ia lalui, sesampainya di lantai dasar Gita menggumam sendiri, “Duh kenapa gue ga masak dulu baru siap-siap, ya? Kalo kaya gini nanti pakaian gue bisa kotor.” Setelah penyesalannya berlangsung selama beberapa menit, Gita memutuskan untuk melepaskan blazernya saja dan menggunakan apron untuk melindungi pakaiannya.

Dapur rumah Gita bak kapal pecah setelah ia jajah untuk memasak makanan spesial pikniknya itu. Seluruh permukaan meja dapur tertutup oleh tepung terigu yang ia gunakan untuk membuat kue untuk piknik pertamanya nanti. Hatinya terasa berbunga-bunga ketika mengingat bahwa dirinya akan pergi piknik bersama orang yang berhasil mengisi tempat di relung hatinya. Dengan bantuan tutorial dari Youtube, kini gadis itu telah menyelesaikan tugasnya—memasak berbagai makanan yang ia anggap lezat.

Tidak lama setelah ia berhasil memasukkan seluruh makanannya ke dalam keranjang piknik, bel rumah pun berdering menandakan kehadiran tamu di depan rumahnya.

“Haloo,” sapa si pemilik rumah. “Hai, Git. Wow… itu di muka lu—“ ucap Dimas terhenti ketika ia melihat ada noda tepung yang mengotori wajah cantik wanita di hadapannya.

“Kenapa muka gue?”

“Sorry, ya,” ujar Dimas sembari mengusapkan ibu jarinya ke pipi Gita untuk membersihkan wajah wanita itu. Walau hanya sepersekian detik tindakan Dimas barusan berhasil membuat jantung Gita berdetak tidak karuan.

“Oh—hehehe makasih, Dim. Oh iya, ini semua makanan buat piknik nanti ya,” ucap Gita sambil menunjukkan keranjang pikniknya.

“Banyak banget, Git. Ini lu yang masak sendiri semuanya?”

“Iya dong. Ga lupa dengan bantuan guru gue.”

“Guru? Siapa?”

“Youtube hehe. Gue masak sambil liat tutorialnya di youtube biar ga salah bahan-bahannya.”

“Ya ampun haha. Yaudah, yuk, jalan.”

“Ayo.”