Meant to meet but not to be

Andini dan Ezra saling menukar pandangan. Meja khusus yang dipesan oleh Ezra memiliki pemandangan yang memukaukan, tetapi kedua insan tersebut sibuk menatap satu sama lain. Ezra merasa sangat grogi melebihi saat ia harus berdiri di atas panggung dan disaksikan ribuan orang. Tangannya perlahan ia letakkan di atas punggung tangan Andini. Ia usap lembut sebelum benar-benar digenggamnya.

Sebelum Ezra melontarkan kalimat yang telah disusun sebelumnya, ia menarik napas dalam-dalam. “An, sebelumnya gue mau ngucap makasih buat lu udah mau kenal sama gue, mau nemenin gue dari gue bukan siapa-siapa, mau suport gue, dan mau ngeluangin waktu buat malem ini. Gue sangat amat bersyukur gue ke kafe itu dan bertemu sama lu. It was the best accident I've ever experienced in my life. Dengan hadirnya lu di kehidupan gue buat hidup gue berubah 180 derajat. Gue merasa jadi lebih hidup.” Ezra menghembuskan napas kasar. Bulir peluh kian menghiasi wajah tampannya.

Ezra memejamkan matanya sejenak untuk mengumpulkan ketenangan. “Maaf, gue pernah buat lu sedih. Gue ga bisa janji, tapi gue berusaha yang terbaik buat ga ngelakuin hal itu lagi. Gue suka—bukan, gue cinta sama lu, An. So—.” Ezra belum menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba cahaya dari ratusan drone mengalihkan pandangan Andini.

Ratusan drone tersebut terbang membentuk kalimat, “ANDINI, WOULD YOU BE MINE?”

Air mata mengalir di pipi Andini, bukan karena bahagia, tetapi karena ia sangat sedih. Hatinya sangat sakit melihat semua usaha yang telah Ezra lakukan untuk mendapatkan hatinya. Tangisannya semakin terdengar jelas ketika Ezra menanyakan jawabannya. Ezra mengambil sapu tangan dari sakunya dan menyeka buliran air yang turun dari mata gadis pujaannya.

“Zra,” panggil Andini dengan suara yang sedikit serak. Gadis itu memberanikan diri untuk mengeluarkan kata per kata yang sudah seharusnya ia katakan sejak awal. Kedua netra Andini menatap bola mata Ezra lekat. Tangannya mengepal untuk menahan seluruh rasa cemasnya. Dengan sekali napas, Andini menyelesaikan kalimatnya.

I'm so sorry. We are meant to meet, but not to be together.

Andini memaksakan melukis senyum manis di bibirnya. Sebelum ia meninggalkan Ezra sendiri di sana, ia berbisik, “Thank you, Zra. I wish you nothing but happiness.