(not) THE PERFECT VACATION

TRING

Alarm yang berbunyi nyaring itu, membangunkan sosok gadis yang tengah terlelap dalam tidurnya. Carla mengusap matanya yang masih berat untuk dibuka. Tangannya bergerilya meraih ponsel untuk mematikan alarm.

TOK TOK

“Carlaa! Honey... udah bangun belum, nak?” Suara mamsky terdengar dari luar kamar Carla. Wanita paruh baya itu mengetuk pintu kamar anaknya sekali lagi untuk memastikan anaknya sudah bangun.

“Iya, mam. Aku udah bangun, ini mau mandi dulu, ya,” balas Carla sembari mengumpulkan niat serta tenaganya untuk pergi ke kamar mandi.

“Oke. Nanti langsung ke bawah aja, ya. Sarapan dulu baru kita berangkat.”

“Siap, mam.”

Seusai membersihkan diri, Carla segera turun ke bawah sambil membawa barang-barang yang ia perlukan saat menginap nanti. Di ruang makan sudah berkumpul semua anggota keluarga, mereka menyantap makanan dengan cepat dan bersiap untuk pergi ke Pantai Baron yang terletak di Jogjakarta.

Sepanjang perjalanan, Carla dan Carly melihat kaca jendelanya masing-masing—tak ada yang berniat untuk memulai percakapan. Hesti—mamsky mereka berdua—menoleh ke arah belakang, menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku putrinya.

“Kalian tahu ga pas kalian berdua baru lahir, tuh, kalian ga mau dipisahin. Setiap suster taruh kalian di ranjang yang berbeda, pasti kalian langsung nangis. Kalian berdua tuh dari dulu nempel mulu satu sama lain.” Hesti melihat ke bawah sesaat sembari tersenyum, kemudian ia lanjut bercerita. “Mamsky inget banget pas ada orang asing yang jahilin Carly, Carla langsung ngelindungin Carly. Bahkan dulu Carla ga segan-segan, loh, buat marahin orang itu. Begitu juga Carly, dulu pas Carla kesusahan, pasti Carly selalu bantu. Mamsky jadi kangen masa-masa itu.”

Carla dan Carly saling bertukar pandang. Mereka membenarkan posisi duduk masing-masing untuk menyimak cerita mamsky dengan khidmat. Keduanya tertunduk menyesal, tetapi tidak berani mengucapkan sepatah katapun untuk mengakuinya.

“Nak, if there's something happens between you guys, papsky mohon untuk ceritain ke papsky atau mamsky. Atau kalau kalian ga berani cerita ke kami, please kalian omongin baik-baik.” Rian berkata sambil fokus memegang setir mobil. “Kalian udah gede, loh, masa masih mau kaya anak SD lagi. Papsky jadi nyesel dulu biarin kalian sering ribut, papsky kira karena kalian masih kecil jadi dimaklumin. Eh, taunya sampe gede juga ga akur.”

Suasana di dalam mobil terasa sedikit canggung. Dinyalakannya radio untuk melawan kesunyian yang menyelimuti mereka.


Untung saja cuaca hari itu bersahabat, mereka baru sampai saat matahari hampir tenggelam. Semuanya langsung menuju hotel untuk beristirahat. Carla dan Carly sengaja dipesankan kamar untuk berdua supaya hubungan keduanya bisa lebih erat.

Huft... cape banget deh di jalan lama banget tadi. Mana papsky sama mamsky ceramah mulu, kan jadi malesin.” Carly memecahkan keheningan di ruang tersebut, ia merapihkan barang-barangnya dan langsung menjatuhkan badannya ke atas kasur.

“Hm... tapi betul juga, sih, kita kenapa jadi makin sering berantem, ya?” tanya Carla, ia duduk tepat di samping Carly.

Carly hanya mengangkat bahu kanannya, tidak begitu peduli perkataan kembarannya itu. Gadis itu fokus pada layar ponsel, sesekali ia tersenyum saat jemarinya menari bebas pada layar gawai canggih itu.

Chatting-an sama siapa, sih? Senyum-senyum gitu.”

“Gebetan gue, lah,” jawab Carly percaya diri.

“Cieeee... siapa, tuh?” Carla mencoba untuk mengintip ke layar ponsel yang digenggam Carly.

Carly mengarahkan ponselnya menjauh dari Carla. “Kepo, deh. Lagian lu juga ga bakal kenal dia. Lu kan ansos..”

Dih, coba sebut siapa.”

“Gerald, anak IPS. Pasti lu ga kenal, jadi percuma banget gue kasih tau.”

Carla terdiam sejenak. Otaknya sedang memproses informasi yang baru ditangkapnya. “Gerald??? Yang kemarin makan bareng gue di kaki lima??? Gebetannya Carly???” batin Carla. “Gue kira Gerald—

Nah, kan, diem. Emang males banget gue cerita sama lu. Paling juga lu responnya kaya keong hah hoh hah hoh doang,” sindir Carly sambil melanjutkan kegiatannya.

“Kalian udah sejak kapan deket? Anyway gue tau kok Gerald yang mana.”

Carly melirik ke arah kembarannya dan mengangkat satu alis. “Sejak kapan lu peduli? Jangan bilang lu suka dia, ya?”

“Gue? Enggalah, santai aja.”

TING

Muncul notifikasi dari layar ponsel keduanya

Girlsss, ayo kita keluar nikmatin pantai. Masa udah jauh” cuma mau di kamar aja sih. Sekalian sini kita foto” buat dipamerin ke temen” mamsky hihi

Keduanya menghembuskan napas berat dan beranjak untuk pergi keluar sesuai perintah sang ibu.