Hilangnya Jamal&Willy (Part 1)

Grace yang sedari tadi mengunyah pizza, menyadari perubahan ekspresi sahabatnya. “Lu kenapa, Vi?”

Perempuan berhoodie biru yang akrab disapa Vivi itu tidak menggubris pertanyaan Grace. Dirinya masih tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Sekali panggilan tidak menyahut, disusul panggilan kedua masih tidak ada jawaban, sampai panggilan ketiga gadis itu baru menoleh ke sumber suara.

“Eh, iya, Grace? Sorry sorry.”

“Lu kenapa, dah? Lagi banyak utang, ya, lu makanya bengong-bengong gitu.” Grace mengambil segelas air untuk melancarkan tenggorokannya. Ia meneguk perlahan air yang diisinya tadi. “Willy ilang, Grace.” Mendengar hal tersebut, Grace spontan menyemburkan air ke arah Vivi.

“APAAN, SIH, GRACE? GUE JADI BASAH GINI!” Teriak Vivi seraya mengelap wajahnya yang dipenuhi semburan air.

“Eh... maaf banget, Vi. Gue ga sengaja. Kaget banget tadi soalnya.” Grace mengambil beberapa tisu kemudian membantu Vivi membersihkan pakaiannya yang basah.

“Kata lu, Jamal ngilang dari kemaren, ya?”

Masih fokus membersihkan seluruh permukaan yang terkena semburan airnya, Grace menunduk seraya menggumam. “Huum.”

“Kok bisa samaan kaya Willy, ya? Kata adeknya juga dia ga bisa dihubungin dari kemaren. Terakhir dia keluar bawa motornya gitu. Terus gue liat tweetnya Lina katanya dia ke arena, tapi si Willy ngasih tau gue kalo dia ga balapan. Dia cuma mau minjemin motornya ke Dion gitu.”

“Dion siapa? Baru denger dah. Lu salah baca kali”

Vivi mengangkat bahunya sembari melihat layar ponselnya. Ia mencari pesan dari Willy untuk memastikan nama yang ia sebut barusan. “Bener, jir. Nih, liat.” Vivi menyodorkan ponselnya ke arah Grace.

“Cie elahhh nama kontaknya belom diganti, nih, ye. Gamon lu?” ledek Grace.

“Yeee... malah salfok. Intinya gue ga tau siapa Dion ini. Temen dia setau gue ga ada yang namanya Dion juga.” Vivi menghentikan ucapannya, seketika pikirannya terbesit sesuatu. “Jangan-jangan... Dion itu Jamal?”