Daydream

Musik Indie Indonesia · Nadir – Fiersa Besari

Play this song while reading this chapter

Andini baru saja meletakkan tasnya di atas meja. Ia menghembuskan napasnya berat. Setiap hari terasa seperti nano nano, rame rasanya. Setiap hari selalu ada cerita baru dari pelanggannya.

Andini menatap lurus ke arah cermin di hadapannya, meratapi betapa lusuhnya ia hari itu. Lingkaran hitam yang mengelilingi bola mata indahnya itu semakin terlihat jelas. Semalam gadis itu tidak bisa tidur. Pikirannya dihantui oleh rasa bersalah dan menyesal. Sial, lagi-lagi Ezra menjadi pelaku yang membuat dirinya merasa kebingungan untuk melangkah.

Jari-jari lentiknya menuju ke arah pita berukuran sedang yang terikat di dadanya. Ia merapikan letak pita tersebut supaya terlihat lurus.

Tiba-tiba saja ingatan perihal Ezra masuk tanpa izin di dalam pikirannya.

An, you know that I will always be here. Whenever you change your mind, don’t ever hesitate to run to me. Whenever you feel empty, I will accompany you and fill your day with happiness. When there’s nobody be by your side, I’ll be the man who’s standing alone just for you. It’s not a hogwash. Trust me this time. I really mean it.

Berkali-kali Andini menepuk pipinya untuk menyadarkan dirinya yang masih terasa setengah sadar—selama ini ia merasakan sedang bermimpi.

“Kak, ada yang dateng, tuh.”

Pandangannya beralih ke arah Kesha—salah satu karyawan salonnya. Andini mengangkat alisnya sebelah. Salonnya baru saja tutup, tetapi mengapa ada yang datang?

“Siapa?”

“Biasa, Kak. Si mas mas ganteng itu.”

“Oh, oke. Makasih, ya.”

Sebelum Andini meninggalkan ruangan itu, ia membenarkan pakaiannya dan juga merapikan rambutnya terlebih dahulu. Gadis yang memiliki iris hitam kecoklatan itu menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman. Sekali, dua kali, ia melatih senyumannya di depan cermin. Setelah Andini merasa sudah siap, ia segera melangkah keluar.

“Hai, Kak!”

Are you ready? Yuk!” ucap pria yang biasa disapa Gio. Tanpa aba-aba, lengan pria itu merangkul bahu Andini.

Dari luar bangunan yang bertulisan “Plus Heureux” tampak 2 pasang mata mengintai kedua insan yang baru saja keluar dari bangunan tersebut. Setelah melihat Gio dan Andini memasuki mobil dan melaju ke arah selatan, Ezra hanya bisa tersenyum masam. Air mukanya terlihat hampa namun tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ster, udah, yuk? Mending kita ke tempat lain aja.”

Ezra hanya mengangguk sebagai tanda setuju atas ajakan Vano.

Maybe I’m not as good as him. You deserve better, An.