Citra's Revenge
Gita mengendarai mobil dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin kejadian yang pernah menimpa Helmi terulang dan membuat orang tuanya murka. Sepanjang perjalanan kakak beradik ini melakukan carpool karaoke. Tidak peduli suara mereka yang nyaring dapat merusak gendang telinga, mereka tetap melanjutkan bernyanyi—yang lebih tepatnya berteriak-teriak sembari melafalkan lirik lagu.
Tiba-tiba ada seseorang yang melemparkan batu ke arah mobil mereka. Gita spontan menginjak rem. Helmi yang sedang berjoget tiba-tiba saja tubuhnya terpental ke depan. Untung saja ia mengenakan sabuk pengaman sehingga badannya tidak terbentur dashboard.
“Kenapa, sih, sis? Kok ngerem mendadak?”
“Tadi ada yang ngelempar batu. Lo ga liat?”
“Hah? Sumpah? Manusia stres apa yang ngelemparin mobil pake batu?”
Tok tok
Wanita bertopi dengan kacamata hitam menutupi matanya mengetuk kencang kaca mobil samping Gita.
“Gausah dibuka, sis. Minta sumbangan kali, tuh, tapi ga sopan banget,” celetuk Helmi.
Gita merasa familiar dengan wanita yang berdiri di samping mobilnya, ia memutuskan untuk keluar dari mobil dan menemui wanita tesebut.
“Ada apa, ya?”
Wanita yang akrab dipanggil Citra itu menurunkan kacamatanya untuk mengamati Gita dari atas sampai bawah. “Cih, ga ada istimewanya. Cantikan juga gue.”
“Sorry?“
“Heh, Gita! Lu jangan sok kecakepan deh. Gausah rusak hubungan gue sama Dimas. Lu mau dipanggil jadi pelakor?”
“Ini ada apaan sih? Lu siapa deh? Kayanya yang sok kecakepan lu,” Helmi yang mendengar ucapan sinis wanita asing itu, langsung keluar dari mobil dan menghampiri mereka berdua.
“Ewh who are you? cowonya Gita yang baru? Look! lu pasti simpenannya banyak ya?” tanya Citra sembari mendorong pelan bahu Gita.
“Apaan, sih? Gila lu, ya? Gue adeknya, kenapa? Ga suka? Ada masalah apa, hah?” balas Helmi dengan dagu yang diangkat seraya mendekatkan dirinya ke arah perempuan itu.
Melihat suasana makin keruh, Gita mencoba menengahi keduanya. “Udah… udah, berhenti! Coba lu ngomong baik-baik dulu deh tujuan lu lempar batu ke mobil gue tuh apa?”
“Ya, itu sebagai balasan karena mengabaikan peringatan gue sebelumnya. Ini belum seberapa, ya, Git! Kalo gue liat lu masih suka nempel sama calon suami gue, gue bakal hancurin hidup lu, sama si cowo aneh ini, nih!” Citra menunjuk ke arah Helmi seraya memberi tatapan serius. Ia kemudian melangkah pergi menjauh dari kedua kakak beradik itu.
“Dia siapa, sih, sis?”
“Tunangannya Dimas.”
“WTF?!! Jadi itu orangnya yang bikin kakak gue nangis. Liat aja, ga bakal gue biarin dia buat lu nangis lagi, sis.”