Choice

Dimas sampai di kediaman Helmi dan Gita. Ia menekan bel di pintu masuk rumah tersebut, tetapi tidak ada jawaban. Pria ini memutuskan untuk mendorong pintu tersebut untuk membukanya.

'Ga dikunci?' batinnya.

Dimas melebarkan langkahnya dan mencari keberadaan Helmi.

Matanya terbelalak melihat Helmi yang sudah terbaring di taman belakang. Helmi hanya bisa meringis kesakitan. Kedua tangannya yang tertutupi noda hitam memegang kaki kanannya yang ia lipat ke atas. Terdapat luka terbuka pada kaki kanannya. Darah pria itu mewarnai rumput di sekitarnya dengan warna merah pekat.

Dimas mendekat dan berjongkok di samping Helmi. “Hel, lu gapapa? Shit ada beling nancep di tangan lu. Gue telpon rumah sakit dulu, ya?” Setelah Dimas menghubungi pihak rumah sakit, pria itu segera merobek bajunya dan membalut luka terbuka yang terdapat di kaki kanan Helmi.

“Bang, gue berhasil,” sahut Helmi lemah, ia menunjuk ke arah boneka yang sudah berceceran di taman. Dimas menoleh ke arah tunjuk Helmi. Kemudian dia kembali fokus untuk menekan luka di tubuh Helmi agar perdarahannya dapat berhenti.

“Lo keren banget, Hel. Makasih, ya.”

Well well, udahan mellow-mellowannya?” Dimas dan Helmi menoleh ke sumber suara. Citra berjalan lenggok sambil memainkan rambutnya. Ia menghentikan langkahnya sejauh 3 meter dari kedua pria tersebut.

“Lu ngapain di sini?” Dimas berdiri menghadap Citra, ia mengertakkan grahamnya, serta kedua tangannya dikepal erat-erat.

“Aku udah bilang, kan? Aku selalu ada di sekitarmu.”

Please stop nyakitin orang-orang yang ga bersalah. Lu mau apa, hah?”

You. All I want is you. Aku udah pernah bilang, kan?”

Shit. Selain itu?”

“Ga ada.” Citra tersenyum melihat Dimas yang terlihat frustrasi. “You look cute that way,” tambah gadis berambut kecoklatan itu.

Dimas hanya mendengus kesal mendengar tiap kata yang keluar dari mulut Citra. Ia mulai kewalahan menghadapi sikap perempuan di hadapannya. Ditambah Citra memiliki dukungan dari orang tua Dimas.

“Aku bakal berhenti ganggu wanita itu dan orang di sekitarnya but in one condition.”

“Apa?”

“Majuin tanggal pernikahan kita.”