be wise!
Vivi melaju dengan kecepatan 110km/jam. Ia tahu berkendara di jalan raya dengan kecepatannya sangat berbahaya. Namun, wanita ini tidak ingin mantan kekasihnya bertindak semakin jauh dibawah pengaruh alkohol.
Ketika sudah sampai Senayan Park, Vivi segera menuju ke arah Holywings. Netranya menelusuri ke segala arah, mencari sosok sang adam. Seketika matanya terpaku pada pria berkaus putih sedang tertawa riang bersama beberapa pria lainnya.
Vivi memperbesar langkahnya menghampiri pria tersebut. “Wil!”
“Ah! Ini dia perempuan tercantik di dunia datang,” ucap Willy setengah sadar. Teman-temannya hanya terpana saat melihat Vivi berdiri di depan mereka. “Ssstt… jangan ada yang lirik dia! Punya gue hahaha. Awas aja ada yang berani macem-macem lu, ye, semua…” lanjutnya sembari menopang dagu menatapi Vivi yang masih berdiri di sampingnya.
Vivi mencoba membantu Willy berdiri dan merapihkan barang-barangnya. “Kamu mabuk. Pulang, yuk?”
Willy memasang tampang cemberut. “Aku mau pulang ke mana? Rumahku udah hancur, udah ga ada. Aku sedih huhuhu,” tuturnya sedih.
Vivian mengabaikan ocehan Willy, ia melingkarkan tangan Willy dilehernya. Dengan sekuat tenaga diangkatnya Willy dari tempat duduknya.
Sepanjang perjalanan, Willy hanya mengoceh tidak karuan. Terkadang ia menyanyi sambil berpose layaknya penyanyi yang sedang berada di atas panggung.
Vivi yang sedang menyetir hanya bisa menghela napasnya ketika melihat tingkah laku Willy. Dahulu Vivi selalu mengurus pria ini saat mabuk, tetapi lama-kelamaan Vivi lelah dengan kelakuan lelaki ini dan memintanya untuk tidak mengonsumsi alkohol lagi.
“Wil, udah sampe rumahmu, nih. Bisa jalan ga? Sini aku bantu masuk.” Vivi keluar dari mobilnya, ia berjalan mengarah ke pintu mobil tempat Willy berada. Dibukanya pintu itu dengan perlahan, diambilnya lengan pria mabuk itu untuk dilingkarkan ke lehernya. Namun, Willy memberikan perlawanan. Ia menarik Vivi ke dalam mobil. Wanita itu terjatuh di atas dadanya.
“Cantik. Cantik banget pacarku.” Willy menyelipkan rambut Vivi yang menghalangi wajah cantiknya. Tangannya menangkup pipi wanita itu. Didekatkan wajah memerah itu ke arahnya. Vivian kini bisa merasakan hembusan napas pria di hadapannya. Jantungnya mulai berpacu cepat. Kedua ranum mereka hampir bertemu. Vivi lantas sadar dan menarik badannya keluar mobil.
“Wil, kita udah putus.”