Another Option
Setelah menerima pesan dari Andini, Ezra segera bergegas menuju tempat di mana wanita itu seharusnya berada. Lelaki itu memakai syal hitam yang rapi melingkar di lehernya—bukannya untuk menghangatkan diri, tetapi untuk menutupi sebagian wajahnya.
Studio tampak begitu sibuk sore itu. Hiruk pikuk yang biasanya sudah menjadi rutinitas, kini bertambah dua kali lipat karena kasusnya dengan Bella yang masih menjadi topik hangat di media sosial. Seluruh staf sedang memutar otak supaya kasus yang melanda artis naungan agensinya tidak menjatuhkan nama baik mereka. Dari dalam ruang rekaman, Ezra menyelinap keluar diam-diam. Dirinya melalui semua orang di sana bak orang yang sedang tidak tahu menahu apa yang sedang terjadi. Kaki jenjangnya melangkah keluar dari kericuhan itu dengan cepat. Tanpa disadari ada sosok yang membututinya.
Sesampainya di depan bangunan bertuliskan “Plus Hereux”, Ezra memantapkan hatinya sebelum kakinya melangkah masuk ke dalam bangunan tersebut.
KRING
“Selamat da—”
Andini—sosok wanita yang selama ini menjadi sumber cahayanya—kini berdiri tepat di hadapannya. Kedua matanya menatap netra Ezra yang kini sudah dipenuhi cairan bening yang siap untuk tumpah membasahi pipinya.
Tanpa aba-aba Ezra menuju Andini dan melingkarkan lengannya di tubuh wanita itu. Tangannya meraih rambut hitam beraroma manis yang selalu menjadi favoritnya ketika tak sengaja terhirup saat dirinya dekat dengan wanita kesukaannya itu.
Andini bergeming, tubuhnya seperti sedang berada di dalam lemari es—kaku.
Ezra melepaskan pelukannya dan menatap lekat kedua bola mata yang selalu indah untuk dipandangi. Tangannya beralih ke kedua bahu Andini. “An, kali ini dengerin gue, ya? Please,” ucap Ezra gemetar.
KRING
“Kak Ali? Ngapain di situ? Aku cariin dari tadi, loh“
Pandangan semua orang tertuju pada sumber suara tak terkecuali Ezra dan Andini.
“Well, that's explain everything.” Andini berusaha melepaskan kedua tangan Ezra dari bahunya. Ia segera membalikan badannya menjauh dari kedua pasangan yang menjadi asupan publik.
Lengan Ezra menyambar pergelangan tangan Andini dengan cepat, ia tidak ingin wanita itu pergi dari sisinya. Saat itu, pikiran Ezra sedang membabi buta ingin memberitahu yang sesungguhnya kepada Andini. “An, lagu itu...,” potong Ezra sembari menelan salivanya. Pria itu sempat berpikir agensi yang menaunginya serta Bella akan kerepotan karena dihujani pertanyaan dari semua media. Namun, ia sudah tidak peduli lagi akan semua yang menghakiminya nanti. “...She loves me (not) itu buat lu. Ya...girl in pink itu lu pas di konser.”
Kedua mata Bella membelalak mendengar pengakuan Ezra. Dirinya merasa sangat malu berdiri di sana dengan tatapan nanar ditujukan dari semua orang. Bola mata wanita itu bergerak ke kanan dan kiri kebingungan. Ia segera menundukkan kepalanya dan mengambil langkah seribu meninggalkan tempat itu. Wanita yang baru saja namanya dikenal khalayak banyak itu, tidak mau kejadian ini menjadi buah bibir di kalangan penggemarnya. Tanpa ia sadari, di dalam salon milik Andini terdapat sepasang wanita yang merupakan wartawan yang sedari tadi merekam seluruh kejadian.